Menghargai Orang dari Segi Manusia Ciptaan Tuhan



Semasa kuliah di salah satu Universitas Negeri di Sumatera Utara, saya pernah tinggal atau ngontrak di Jl. Kacung No.16, Dekat Poltabes Medan, Kampung Durian, Medan Perjuangan, SUMUT. Penghuni kontrakan sekitar 6 orang (4 mahasiswa, 2 pekerja) dan semuanya lelaki.

Sebelum tinggal disana saya pertama kali menginjak-kan kaki atau tinggal  di Sei Wampu Simp. Barat Medan, dekat Medan Plaza, dan setelah semester II baru saya pindah kesana dan saya kesana karena abang saya, dia kebetulan kuliah di HKBP Nomennsen. setelah saya tinggal disana saya baru melihat bahwa suku yang tinggal disana bermacam jenis suku  ada India Keling, Jawa, China, Batak dan Pekerjaan atau aktivitas juga beragam ada Tukang cuci, pegawai, Mahasiswa, PSK, pengusaha, Pengamen dll, bahkan agama juga beragam di lingkungan itu, ada budha pada umunnya India, Islam yang pada umunya Jawa, Kristen pada umunya Batak dan Chinese dan disana belajar bagaimana cara menghargai orang dari segi manusia tanpa melihat pekerjaan, agama, status dll.

Hampir setiap sore di depan rumah kontrakan selalu berkumpul para mama (saya lebih senang menggunakan bahasa mama daripada ibu), mahasiswa, gadis, pemuda dan pada umunya mama-mama tetangga yang sering nongkrong disana karena kebetulan kontrakan itu punya pekarangan tetapi tidak punya pagar jadi orang bebas  masuk dan keluar.

Disana memang saling menghargai, biasanya orang disana memanggil kami dengan sebutan "Batak" dan kami juga memanggil mereka "Jawa" bagi orang Jawa dan Keling bagi "orang India" dan itu terjadi disana hampir setiap hari dan mereka juga saling menghargai.

Di suatu saat, di sore hari saya pernah melakukan kesalahan karena pada saat itu memang saya masih labil maklumlah masih muda dan pertama kali tinggal di lingkungan seperti itu. Pada saat itu kami berada di pekarangan depan rumah ada 5 orang (2 Mama, 3 Anak muda termasuk saya dan abang saya, 1 PSK) dan semua tempat duduk sudah berisi dan tidak ada lagi yang kosong, pada saat yang sama seorang PSK datang kesana dari kost-annya, sebelumnya dia sudah sering nongkrong disana dan sudah biasa ngobrol. Terus dia mendekat kepada saya dan karena saya paling muda disana dia bermaksud mengambil alih tempat duduk saya. Saat dia mendekat di menyuruh saya pindah dengan kata " Pindah dulu dek" sambil menarik tangan saya dan saya marah didalam pikiran saya ini siapa? PSK kok nyuruh-nyuruh pindah ini PSK kok betiko, saya sudah tau sebelumnya dia PSK, dia PSK kelas Jemputan orangnya Cantik dalam bahasa kerennya bahenol. Pada saat dia menarik tangan saya, otamatis saya di berdiri dan dia duduk pada tempat duduk saya sebelumnya, dan pada saat berdiri saya dengan kondisi marah saya mengatakan kepada dia sebutan "LONTE" dengan nada keras, dan semua orang yang disana terdiam sejenak dan dia (PSK) nya marah juga dengan mengatakan "Kok gitu ngomongnya dek"  dan saya langsung masuk kamar, untung bodyguard gak ada disana karena mereka punya bodyquard juga, kalu tidak gak tau kelanjutan seperti apa bisa jadi saya mati atau masuk rumah sakit. Pada saat saya masuk kamar abang saya mengikuti saya dan mengatakan dalam bahasa bataknya "Boasa songoni ho manghatai" bahasa indonesianya " Kenapa kamu gitu ngomong" dan saya masih marah disitu dan mengatakan "Doi disi LONTE DI" artinya biarkan aja gitu dia memang LONTE dan mungkin pada saat itu abang saya mungkin takut gimana kelanjutannya ini,  terus dia menemui si PSK, mungkin disana dia minta maaf dan paling anehnya pada saat itu saya tidak takut kelanjutannya seperti apa dan saya menganggap saya benar. Saya mengakui bahwa "Saya tidak menghargai dia karena pekerjaan, seharusnya saya menghargai dia karena dia Manusia Ciptaan Tuhan"  dan utungnya hari itu sampai besok tidak ada keributan.

Terus hari berlanjut ke besok sorenya setelah saya pulang dari kampus, pada saat saat kerumah saya tidak melihat ada orang di luar, Terus datang tukang jual mie dan gorengan yang naik sepeda yang membunyikan teloletnya, hehehe terus saya keluar berniat mau beli,  saya tidak menyangka dia nongkrong sendiri disana dan biasanya itu waktu seperti terlalu dini nongkrong disana, dan disana dia sedang makan mie., saya tersentak dia ada disana dan paling terkejutnya dia memanggil saya dan mengatakan "Pi mau mie?" panggilan saya disana Pi (bkn papi maksudnya) dan saya malu dong dan saya mengatakan, " ohh gak kak masih kenyang" terus saya masuk kamar dan saya merenungkan itu semua dan disana baru merasa bersalah yang sebelumnya saya bersikukuh saya itu benar dan saya memikirkan saya seharusnya tidak ngomong ke dia seperti itu, seharusnya saya menghargai atau memandang dia sebagai manusia (Ciptaan Tuhan) bukan karena pekerjaan dia dan saya berfikir kenapa dia bisa memaafkan saya, dan kenapa saya tidak mengakui kesalahan saya dan tidak menghargai dia sebagai wanita dan Ciptaan Tuhan pada umumnya. 

Dan kejadian itu terjadi begitu saja, setelah hari berlanjut, semenjak itu dia tidak pernah lagi menyuruh terkadang saya yang pindah tempat cari tempat duduk lain, dan ngomongnya juga sopan pada saya.

Saya tinggal disana tidak lama hanya satu semester saja, alasan pindah dari sana karena pada saat disana Index Prestasi (IP) saya hancur lembur terjun bebas menjadi 2,66 (hanya ini IP saya dibawah 3) dan saya berfikir saya tidak cocok kehidupan seperti ini, Terus saya pindah ke Padang Bulan Medan dengan alasan dekat dengan Kampus saya dan saya nyatakan saya tidak pernah menyesal pernah tinggal disana dan saya malah besyukur pernah tinggal disana sekalipun IP saya terjun bebas.

Semoga cerita ini bermanfaat !!!!



0 Response to "Menghargai Orang dari Segi Manusia Ciptaan Tuhan"